Cara
Mudah Jualan (Makanan) di Mal
“Saya seorang pedagang kaki lima, ingin sekali
mengembangkan usaha dengan berjualan makanan di salah satu mal. Apakah
berjualan di mal bisa membuat usaha kami tambah maju? Berapa kira-kira modal
dana yang harus saya keluarkan untuk bisa berjualan di mal?”
—————
ukm makassar |
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pada saat ini mal
sudah banyak menerapkan konsep “ONE STOP SHOPPING” artinya dengan masuk ke
sebuah mal, maka berbagai keperluan bisa dipenuhi. Tidak sekadar berbelanja
saja, namun juga bisa melakukan relaksasi di SPA, perawatan rambut & kulit
di salon, menyenangkan ‘sang buah hati’ di arena permainan anak seperti TIME
ZONE dan tentu saja sambil menikmati berbagai jenis makanan dan minuman yang
disediakan di arena makanan serba ada. Artinya dari segi bisnis, berjualan
makanan adalah salah satu bisnis yang cukup prospektif untuk dikembangkan dan dijalankan.
Memang usaha makanan di mal memang bisa menjadi salah satu alternatif untuk
menaikkan ‘kelas’ bisnis kita. Jika memiliki modal besar, mungkin kita bisa
menyewa sebuah outlet/konter untuk menjual produk makanan kita. Namun tentu
saja dengan biaya sewa yang tidak murah jika dibandingkan dengan menyewa tempat
usaha di luar mal. Namun, jika kita belum memiliki modal cukup untuk menyewa
tempat, mungkin foodcourt area bisa menjadi alternatif untuk memulai
usaha makanan di mal. Foodcourt area biasanya kita jumpai di salah satu
lantai dari sebuah mal. Biasanya sebuah foodcourt menghimpun beberapa
jenis makanan yang berbeda dengan satu area makan yang digunakan bersama.
Berjualan di foodcourt bisa menjadi pilihan agar kita bisa memulai usaha
makanan secara praktis. Kenapa? Karena kita tidak harus menyewa tempat usaha,
karena biasanya foodcourt menerapkan sistem bagi hasil (10%-20%) dari
tiap porsi makanan yang laku terjual. Untuk bisa berjualan di foodcourt
kita cukup bermodalkan gerobak/konter beserta peralatannya dan karyawan
untuk melayani pembeli saja. Bahkan beberapa mal malah menyediakan konter yang
sudah seragam dan siap pakai. Keuntungan lainnya adalah kita tidak perlu
memikirkan masalah listrik, air, kasir, dan petugas kebersihan, karena semuanya
sudah dipersiapkan dan dikelola oleh manajemen foodcourt. Menurut kami
bagi hasil 10%-20% dari omzet kotor sudah cukup memadai dibandingkan dengan
pelayanan dan ‘brand image’ yang akan kita dapatkan dari berjualan di
mal.
Bagaimana dengan potensi penghasilannya? Memang tidak semua foodcourt area
menjanjikan tingkat keberhasilan yang tinggi pada kita. Oleh karena itu
kejelian dalam memilih lokasi, menentukan mal yang akan ditempati serta
kejelian dalam memilih menu makanan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
kita berbisnis di mal. Karena biasanya foodcourt area ditempatkan di
lokasi/lantai paling atas dari sebuah mal atau bahkan ada yang menempatkan foodcourt
di lantai paling bawah (basement)
Suatu hal yang harus kita cermati
adalah biasanya konter-konter/outlet rumah makan besar biasanya terletak di
lokasi-lokasi yang sangat strategis, misalnya di pintu masuk mal ataupun di
lantai-lantai pertegahan dari sebuah mal. Oleh karena itu kita harus jeli dalam
melihat ancaman dan tantangan tersebut. Biasanya pengelola foodcourt akan
memberikan batasan harga terendah yang boleh kita jalankan dan biasanya mereka
tidak menentukan batas tertinggi dari sebuah produk makanan yang kita jual
karena semakin mahal tentu semakin menguntungkan pengelola foodcourt.
Namun tentu saja kita tidak bisa menjual makanan di foodcourt dengan
nilai lebih tinggi dari konter-konter makanan besar yang memiliki lokasi lebih
strategis daripada kita. Mau tidak mau kita harus memberikan harga yang lebih
murah supaya mereka tidak lari ke konter makanan yang besar. Ingat bahwa lokasi
konter-konter besar biasanya lebih strategis.
Hal lain yang musti kita
pertimbangkan adalah jenis makanan. Kita harus menciptakan sebuah jenis makanan
yang ‘luar biasa’. Jenis makanan yang biasa-biasa (mudah dijumpai) di luar mal,
tidak akan membuat bisnis kita di mal memiliki nilai jual. Contohnya jika
biasanya di luar ada mie ayam, maka kita bisa buka Mie Hijau (diberi warna
hijau) dengan aneka rasa; ayam, sapi, seafood dan lain-lain. Prinsipnya produk
kita harus ‘unik’ dan memiliki ciri khas yang berbeda dengan orang lain. Karena
jika kita hanya menjual makanan yang biasa-biasa saja, orang akan enggan untuk
membeli makanan kita, terlebih jika harganya jauh lebih mahal daripada di luar
mal.
Prospeknya? Ya..sangat tergantung
dengan jenis makanan yang kita jual. Jika mal (foodcourt area) tersebut
banyak dikunjungi ABG maka jenis makanan seperti: roti bakar, pisang bakar,
pempek, siomay, burger, sosis goreng dan jenis makanan-makanan ringan akan
sangat menarik. Prinsipnya adalah harus menjual yang ‘dibutuhkan’ orang bukan
yang ‘diinginkan’ penjual. Untuk bisa bergabung di foodcourt area
tidaklah sulit. Cukup dengan mengajukan surat permohonan disertai dengan daftar
menu makan dan contoh produk saja. Amat sangat mudah. Yang susah adalah
bagaimana kita jeli dalam memilih jenis makanan dan mal mana yang akan kita
tempati. Karena jika kita salah memilih, maka usaha kita tidak akan bisa
bertahan lama dan tentu saja usaha usaha tersebut menjadi tidak prospektif.
Sumber:
Peluang Usaha